Kamis, 30 Desember 2010

Aphasia


Abstrak

Aphasia adalah gangguan bahasa yang mempengaruhi lebih dari 1 juta orang, yang kebanyakan adalah mereka yang berumur diatas 65 tahun (Groher, 1989). Kelainan ini secara khusus telah terkonsep dengan kerangka kognitif neuroscience (ada hubungannya dengan ilmu syaraf dan berpikir), tetapi interpretasi perilaku dari Aphasia juga mungkin. Analisis Skinner (1957) atas perilaku verbal dari kerangka operan verbal yang bisa di hubungkan dengan tujuan perkerjaan yang dilakukan oleh Sidman (1971) dan Haughton (1980) untuk mendeskripsikan kesulitan berbahasa seseorang yang terkena Aphasia. Menggunakan model sintesis ini, kami mengajukan taksonomi (penyusunan) baru dari gangguan Aphesia berdasarkan hubungan observasi yang didapat. Implikasi asesmen dan penangannya juga dibahas.

Kata kunci : aphasia, bahasa, perilaku verbal, kesamaan, saluran belajar.

Aphasia adalah gangguan berbahasa yang terkarakterkan dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau mengolah bahasa yang tidak terkait untuk kekurangan sensori ataupun motorik (Spreen & Risser, 2003), bagaimanapun juga ketidak pengaruhan kekurangan motorik juga kemungkinan ada (Lieberman, 2002). Begitulah, mendegarkan dan kemampuan fisik untuk mengolah fonem masih ada, tetapi pengertian berbahasa, produktivitas, atau penggunaannya adalah dampak akibat untuk pengamatan atau kerusakan dalam penyimpulan untuk Central Nervous System (CNS; LaPointe, 2005). Diagnosis dari Aphasia membutuhkan demonstrasi dari kerusakan neurologikal, yang bisa disimpulkan dari beberapa perbedaan etiologis seperti struk dan kerusakan traumatis otak. Etiologis ini menyimpulkan bahwa kerusakan hanya bisa langsung dipantau melalui pemeriksaan neuroimaging. Awalnya peneliti mengira kerusakan hanya sebatas di tingkat kortikal; bagaimanapun, penelitian neuro-imagig baru-baru ini telah menunjukkan bahwa kerusakan juga terjadi di tingkat sub-kotikal (contoh, Lieberman; Thompson, 2005).

Aphasia bisa sama sekali batas dari fungsi seseorang melewati beberapa area dengan kurangnya komunikasi yang menuntun untuk terjadi isolasi sosial, hilangnya aktifitas yang disukai dan depresi, ketidakpercayaan, dan mengurang kualitas kehidupan (Beeson & Bayles, 1997; Groher, 1989). Sebuah perkiraan dari 80,000 warga Amerika mengalami Aphasia seriap tahun dengan total perkiraan 1 – 2 juta yang menderita gangguan Aphasia. Aphasia mempengaruhi seseorang melalui kedua gender dan semua kelompok usia tetapi yang umumnya terjadi pada usia pertengahan dan tua, secara drastis meningkat kemungkinan Aphasia dalam suia 85 atau lebih. (Beeson & Beyles; Groher).

Kamis, 18 November 2010

Kekuasaan dalam Kelompok

A. Definisi
1) Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan.
2) Buckley : kendali atau pengaruh atas perilaku orang lain untuk mendukung pandangan seseorang tanpa sepengetahuan mereka, bertentangan dengan keinginan atau pemahaman mereka.
3) Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan.
4) Kekuasaan koersif : memaksa, bentuk-bentuk legitimasi dari pengaruh sosial, seperti ancaman, hukuman.

B. Dasar-dasar atau Sumber-sumber Kekuasaan
1. Reward
2. Coersive
3. Legitimate
4. Referent
5. Expert

C. Proses-proses Kekuasaan
1. Adanya kepatuhan.
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar).

Perubahan-perubahan dalam power holder:
1. Memperlebar jarak sosial antara dirinya dengan orang lain yang tidak punya power.
2. Yakin bahwa yang nonpowerful tidak dapat dipercaya dan butuh “waskat” (pengawasan yang ketat).
3. Tidak menilai pekerjaan dan kemampuan dari orang yang kurang berkuasa.

Perubahan-perubahan ketika powerless:
a. pasif dan menerima situasi.
b. memberontak akan ketidaksamaan dan berusaha mendapatkan persamaan struktur.
c. berusaha meningkatkan power secara tertutup dengan koalisi.
d. menarik diri secara total dari kelompok.

Motivasi dan Tujuan Kelompok



A. Definisi
(1) Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri (intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.
(2) Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(3) Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.

B. Teori-teori Motivasi
1. Teori Kebutuhan
- tindakan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya
Tokoh : Maslow, Herzberg, Mc Clleland, Vroom

a. Satisfaction of Needs Theory (Maslow)

 -menyusun tingkat kebutuhan manusia.

b. Motivation Maintenance Theory (Herzberg)
Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
- Satisfiers = intrinsic factor
Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
- Dissatisfiers = extrinsic factor
Maslow = lower order needs (fisiologis, security dan social)

c. Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
- Need of power
- Need of affiliation
- Need of achievement
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi:
1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)

Kohesivitas Kelompok

A. Definisi
Collins dan Raven (1964) : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

B. Alat Ukur
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary) Kelompok yang makin kohesif, maka:

- tingkat kepuasan makin besar
- anggota merasa aman dan terlindungi
- komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
- makin mudah terjadi konformitas → anggota makin mudah tunduk pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian.

Groupthink ; Berpikir Serentak Sama

Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.

Gejala:

1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
       - Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok.
       - Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan    kesepakatan.
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi
a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing

Penyebab:

• kohesi yang ekstrem
• isolasi, leadership dan konflik decisional
• proses polarisasi


Pencegahan:

1. Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group → subgroup

2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin terbaik.
Tahap II : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat
daftar
Tahap III : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada
tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V : mematuhi keputusan yang diambil.

Deindividuasi ; Proses Hilangnya Kesadaran Individu

Deindividuasi merupakan proses hilangnya kesadaran individu karena melebur di dalam kelompok → pikiran kolektif.

Perspektif Teoritis.
1. Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga bukan kelompok sebenarnya.

Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.

b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.

c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

Tahap PERFORMING ; Bekerjasama dalam Kelompok

Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.

A. Coaction Paradigm
→ beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling berinteraksi, misalnya: ujian dikelas.

B. Audience Paradigm (passive spectators)
→ kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal pelajaran ditengah orang banyak.
Penelitian Robert Zajonc:
Respon dominan.
→ fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai.
Respon nondominan
→ fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai.

Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)

Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi
Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan

Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
- Tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda.
- Jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses.

Tahap NORMING ; Pembentukan Struktur Kelompok

1. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.

Perbedaan peran :
Task roles → tugas
Socioemotional roles → sosioemosi

Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive

Konflik peran :
 interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
 intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain

2. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakantindakan yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.

3. Hubungan antar anggota
→ otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi

Tahap STROMING ; Konflik dalam Kelompok

Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.

Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement
Perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional minor.

2. Confrontation
Dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.
Diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok) dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi (membentuk blok-blok).

3. Escalation
Pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.

4. Deescalation
Berkurang atau menurunnya konflik.
Anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat.

Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi :
- distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain
mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power
- integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win
win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya.

5. Conflict Resolution
Tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya.

Penyebab konflik :
1. Interdepence
Tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑
Deutch (1949):
Pure cooperation → promotive interdependence : dengan menolong
Pure competition → contrient interdependence : anggota bisa meraih tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya.

2. Influence stategies
Strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman
dan negatif reinforcement → meningkatkan konflik

3. Misunderstanding dan misperception

Proses Dasar dalam Kelompok ; FORMING

A. Pandangan Psikoanalisis
Freud : orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu.

Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:

1. Identifikasi
Energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain. Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya → EGO IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat → kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.

2. Transferen
Bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu menganggap orang tuanya.


B. Pandangan Sosiobiologi
Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis.
Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi.

C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka → apakah benar, valid, sesuai.

D. Pandangan Pertukaran Sosial

Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. reward
2. cost
→ minimax principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesarbesarnya
dan mengurangi cost yang sekecil-kecilnya).

Minggu, 24 Oktober 2010

Individu dalam Massa

Massa adalah sekumpulan orang/individu yang terorganisir, dengan kesamaan kegiatan dan tujuan yang sama. Maka, imbasnya, tujuan Massa hendaknya ditentukan bersama-sama. Sebagai titik awal dalam membangun Massa, tujuan Massa adalah arah bagi berjalannya Massa dalam melakukan aktifitas atau kegiatan yang akan dilakukan, dan ini menjadi begitu penting dalam membangun Massa.

Hal kedua yang menjadi penting dalam pembangunan Massa adalah bagaimana melanggengkan atau mengupayakan eksisnya suatu Massa. Tentang ini, sangat ditentukan oleh individu-individu yang ada dalam Massa itu sendiri. Untuk itu, yang harus dimiliki individu-individu yang berMassa adalah adanya sebuah ikatan sosial diantara mereka yang diharapkan akan menimbulkan rasa kepemilikan dan kepedulian individu pada Massa yang telah didirikan.

Untuk membangun ikatan sosial, dibutuhkan sebuah kesadaran pada masing-masing individu yang didasari atas masalah dan kebutuhan bersama. Ujungnya, diharapkan akan ada gerakan bersama untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan bersama, yang pada gilirannya, akan terbentuk solidaritas dalam Massa tersebut.

Solidaritas pada masing-masing individu ini, akan menjadi ikatan tanggung renteng dalam Massa. Tanggung renteng dalam arti sederhana bisa dianalogikan sebagai saat dimana dalam sebuah Massa itu ada individu yang sakit, maka individu yang lain ikut merasakannya. Apabila Massa yang dibentuk sudah mencapai tingkat kesadaran tersebut, Massa ini akan dapat berkembang dan bisa memecahkan masalah-masalah anggotanya. Dalam hal ini, aturan main yang baku (AD/ART) dalam Massa, bisa jadi tidak begitu penting, bahkan, bisa jadi tidak diperlukan lagi untuk mengikat individu-individu yang masuk di dalamnya.

Mengapa aturan itu tidak menjadi penting? Asumsinya, dengan adanya aturan, yang terjadi adalah pemaksaan untuk membentuk Massa dan menjaring anggota-anggotanya. Di sini akan terbangun adanya ketidakpercayaan antar individu dalam Massa tersebut. Apabila aturan di Massa tersebut, kemungkinan besar akan dilanggar oleh anggotanya, yang terjadi adalah konflik di antara mereka.

Dari dasar pemikiran diatas, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana merumuskan cara membangun Massa dan mewujudkan terbentuknya Massa yang ideal. Dalam hal ini, perlu adanya penyadaran di tingkat masyarakat atas pentingnya berMassa, yang diharapkan akan menumbukan kesadaran bahwa masalah tidak dapat diselesaikan dan kebutuhan tidak dapat tercapai secara sendiri, tanpa bantuan orang lain.

Kemudian, perlu adanya penyadaran atas masalah dan kebutuhan bersama. Hal ini disebabkan karena masalah dan kebutuhan, bisa berubah oleh waktu dan kondisi, sehingga, perlu adanya perumusan atas masalah dan kebutuhan tersebut secara terus-menerus. Diharapkan, ini juga akan menyadarkan masyarakat untuk secara terus-menerus melakukan pertemuan dan kesepakatan dalam melakukan kegiatan sebagai pemecahan masalah serta upaya mencapai kebutuhan bersama.

Mula-mula, sebelum membentuk Massa, tujuan harus dirumuskan dan disepakati bersama. Ini akan menyeleksi dan menyadarkan para anggotanya, terutama saat ada anggota yang tidak setuju, maka ia akan keluar dari lingkaran secara alamiah. Setelah itu, dilakukan upaya membangun kepercayaan di antara anggota dengan jalan menyadarkan mereka untuk melakukan segala hal yang menyangkut kepentingan bersama, didasari atas nilai-nilai kemanusiaan.

Selanjutnya, dilakukan upaya membangun ikatan sosial dengan melakukan kegiatan-kegiatan silaturahmi atau pertemuan-pertemuan rutin untuk mengetahui keadaan, kondisi anggota, dsb. Walaupun kegiatan-kegiatan tersebut dirasa relatif masih kecil manfaatnya, namun ini mempunyai nilai strategis dalam membangun kebersamaan di antara anggota Massa melalui mekanisme komunikasi di antara mereka.

Langkah dan upaya selanjutnya adalah penyelesaian masalah dengan bermusyawarah dan berkomunikasi (dua arah). Harapannya, dengan ini, akan mampu meminimalisir konflik di antara anggota, karena, melalui penyelesaian masalah dengan cara tersebut, akan muncul sebuah kearifan-kearifan lokal di antara mereka, yang disepakati bersama dan bisa diterima Massa.

Dari beberapa hal di atas, kesemuanya tidak lepas dari esensi pembelajaran dan penyadaran bagi masyarakat dalam membangun Massa yang lebih baik, hingga mampu mewujudkan cita-cita maupun harapan bersama, terutama dalam menyelesaikan masalah kemiskinan mereka. Namun diakui, dalam pelaksanaannya, tak semudah membalik telapak tangan, karena senantiasa butuh continuity, kepedulian dan kerja sama antar masyarakat dengan berbagai pihak terkait.

Kondisi-Kondisi Pembentuk Perilaku Mass

Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif , diantaranya:
1.      Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst 
 2.      Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada. . 
3.      Generalized beliefs : share interpretation of event
4.      Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan, ada
5.      Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst
6.      Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.

Sumber : disini. 

Massa Pasif



Secara sederhananya bahwa Massa Pasif adalah Sekumpulan orang yang hanya tertuju pada satu arah dan tidak melakukan sesuatu secara berarti, ini isa disebut juga dengan Audience.

Contoh massa aktif adalah : Jamaah saat Khutbah, atau peserta Seminar.

Massa Aktif ; Demo Anarkis Bukan Solusi

Gw kesel sekaligus heran bro,

Kalo diliat sikap mahasiswa yang anarkis gitu, mao nya apa sih …?
teriak² didepan Gedung MPR/DPR mengatas namakan rakyat, tapi bertindak anarkis yang dasarnya mengatas namakan kelompok atau diri sendiri …cuma nonsense … sia²

Sebenernya sih sah² aja yang nama nya Demo toh kita ada di negara Demokrasi, tapi kan segala sesuatu ada aturannya.

Gw bener² gak setuju dengan tindakan mahasiswa yang Demo(baca:anarkis) akhir² ini.

Mereka itu pemuda yang gak berpikir panjang *sorry terlalu kasar*

Kenapa ? 

Lah mereka itu Demo atas nama Rakyat, emang bagus niatnya , tapi yang jadi masalah adalah CARA mereka.

Mestinya gak perlu yang namanya Anarkis dalam berdemo, itu bukan Solusi buat membangkitkan negara yang udah terpuruk ini…

Mestinya bereka berpikir, apa yang telah saya berikan bagi negara ini …
Hmmm..atau mereka udah berpikir, yang akan saya berikan pada negara ini adalah CHAOS …

Waktu gw nonton TV, gw sempet menjudge mereka,
Kalo mereka itu mahasiswa yang gak mao belajar, taunya cuma Demo-Demo, Kerahin Massa, Gak Didenger, Anarkis, Ketangkep Polisi ?, Membela Diri dengan Mengatas Namakan Rakyat, padahal Rakyat juga gak berkehendak para pemuda tadi jadi gelap mata dan sampai² bertindak anarkis kaya gitu. Cengeng kan ?

Dalam dunia Mahasiswa ada 2 kalangan kalo Demo,
Yang pertama GOLONGAN MAHASISWA KANAN
Yang kedua GOLONGAN MAHASISWA KIRI

Yang kanan ini, kalo demo selalu adem ayem.
Yang kiri, kalo demo seakan² mao pergi ke Medan perang, dan sarat banget akan provokasi.
Gini lho, masa mahasiswa Demo pake ada acara Bom Mlotov segala ? maksudnya apa coba ? jelas aja Polisi kesel dan mengantisipasi kalo nanti akan ada Anarkis yang lebih hebat lagi. Bahkan sempet ada Provokator yang ketangkep, jelas kan ?

Intinya PROVOKATOR …


Image Courtesy from IndonesiaMedia
dan bila di telaah dari Psikologi Massa bahwa perilaku ini dimasukkan ke dalam Massa Aktif.

Massa Aktif adalah sekumpulan orang yang sudah melakukan suatu hal. Massa aktif bisa juga disebut dengan mob. Dan mob terbentuk karena ada nya suatu tindakan nyata. Misalnya Demonsrasi, Perkelahian Massal.

Menurut Mc Laughlin setidaknya ada 3 hal yang melatarbelakanginya :

Adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa masalah harus segera diselesaikan
- Adanya masalah yang cukup serius
- Upaya penyelesaian masalah yang tertunda

Ada beberapa faktor yang menyebabkan massa aktif :

- Perasaan tidak puas, yaitu, diawali dengan bertukar pikiran, ide baru, perbuatan yang selalu diulang dan jika sudah matang menjadi massa.
- Tekanan jiwa masyarakat, misalnya memuncak dan meledak tidak dapat dikendalikan.

Ciri-Ciri Massa Konkrit



Massa Konkrit adalah Sekumpulan manusia yang mempunyai ciri-ciri :

Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri.
Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu
Bersifat dinamis dan emosional
Contoh nyata nya adalah :
Organisasi resmi misalnya OSIS, BEM, Lembaga Sosial, dll.
Image Courtesy from LPP.ac.id


Semoga Bermanfaat.
Salam, Fakhri.
Psychology Student.

Kesimpulan Psikologi Massa

Massa menurut Gustave Le Bon (yang dapat dipandang sebagai pelopor dari psikologi massa) bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan yang sementara pula. Misal orang yang melihat pertandingan sepak bola, orang melihat bioskol\p dan lain sebagainya (Lih, Gerungan 1900).

 Massa menurut Mennicke (1948) mempunyai pendapat dan pandangan yang lain shingga ia membedakan antara massa abstrak dan massa konkrit. Massa abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya pesamaan minat, persamaan perhatian, persamaan kepentingan, persamaan tujuan, tidak adanya struktur yang jelas, tidak terorganisir. Sedangkan yang dimaksud dengan massa konkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
1)        Adanya ikatan batin, ini dikarenakan adanya persamaan kehendak, persamaan tujuan, persamaan ide, dan sebagainya.
2)        Adanya persamaan norma, ini dikarenakan mereka memiliki peraturan sendiri, kebiasaan sendiri dan sebagainya.
3)        Mempunyai struktur yang jelas, di dalamnya telah ada pimpinan tertentu. Antara massa absrak dan massa konkrit kadang-kadang memiliki hubungan dalam arti bahwa massa abstrak dapat berkembang  atau berubah menjadi konkrit, dan sebaliknya massa konkrit bisa berubah ke massa abstrak. Tetapi ada kalangan massa abstrak bubar tanpa adanya bekas.  Apa yang dikemukakan oleh Gustave Le Bon dengan massa dapat disamakan dengan massa abstrak yang dikemukakan oleh Mennicke, massa seperti ini sifatnya temporer, dalam arti bahwa massa itu dalam waktu yang singkat akan bubar.


 Massa menurut Park dan Burgess (Lih. Lindzey, 1959) membedakan antara massa aktif dan massa pasif, massa aktif disebut  mob, sedangkan massa pasif disebut audience. Dalam mob telah ada tindakan-tindakan nyata misalnya dimontrasi, perkelahian massal dan sebagianya. Sedangkan pada tindakan yang nyata, misal orang-orang yang berkumpul untuk menjadi mob, sebaliknya mob dapat berubah menjadi audience.

Semoga bermanfaat.
Salam, Fakhri.
Pyschology Student.

Massa Abstrak ; Perjalanan Naik Motor

Bila ditelaah dari kata-kata nya, kata "Abstrak" mengandung hal yang belum jelas, dan bisa dipersepsikan kedalam banyak hal.

Dan kata "Massa" yang di adaptasi dari bahasa Inggris "Mass" bisa berarti orang yang berbondong-bondong atau orang yang banyak sedang berkumpul.

Dan Massa Abstrak adalah sekumpulan massa yang belum sama sekali mempunyai suatu ikatan, namun mereka berkumpul karena ada kejadian "menarik".

contoh dari Massa Abstrak adalah :

Image Courtesy from Uchix Multiply


Saya sedang naik motor, dan tiba2 diperjalanan ada orang banyak berkumpul, lalu saya mulai penasaran sekaligus memikirkan apa yang terjadi disana, dan akhirnya saya meminggirkan motor saya dan saya hampiri orang-orang yang banyak.

Dan setelah saya dekati, ternyata orang banyak tersebut sedang ramai-ramai meminggirkan pohon yang tumbang, dan saya langsung membantu meminggirkan pohon juga. Dan tanpa sadar saya sudah menjadi bagian dari kerumunan yang tanpa ikatan sekalipun tapi mempunyai tujuan yang sama.
Dari contoh diatas, Anda pasti paham apa maksud dari Massa Abstrak.
Semoga artikel singkat saya dapat membantu.

Sekian dari saya.
Salam, Fakhri.
Psychology Student

Pengenalan Psikologi Massa

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku dan proses mental.  Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Oleh karena itu psikologi massa akan berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku Kolektif (Collective Behavior)

Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya. Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).
Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur, ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.
Image Courtesy from Keishicho
Reicher & Potter (1985) mengidentifikasi adanya lima tipe kesalahan mendasar dalam psikologi tentang kerumunan (perilaku massa) di masa lalu dan masa kini. Kesalahan-kesalahan itu, meliputi yaitu: (1) abstraksi tentang episode kerumunan bersumber dari konflik antar-kelompok, (2) kegagalan untuk menjelaskan proses dinamikanya, (3) terlalu dibesar-besarkannya anonimitas keanggotaannya, (4) kegagalan memahami motif anggota kerumunan, dan (5) selalu menekankan pada aspek negatif dari kerumunan.

Reicher (1987), Reicher & Potter (1985) selama ini melihat adanya dua (2) bentuk bias dalam memandang teori kerumunan (crowds) yaitu bias politik dan bias perspektif. Bias politik terjadi karena teori kerumunan disusun sebagai usaha mempertahankan tatanan sosial dari mob dan tindakan kerumunan selalu dipandang sebagai konflik sosial. Sementara itu bias perspektif terjadi karena para ahli hanya berperan sebagai orang luar (outsider) yang hanya mengamati masalah tersebut. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam memandang tindakan kerumunan secara objektif.
sumber : kesini.

Minggu, 17 Oktober 2010

Efek Instrumental Kelompok



Maksud dari efek instrumental ialah suatu komunikasi antar anggota dan pengaruh dari kebersamaan suatu kelompok.Orang banyak akan melihat dari sisi ini karena orang memilih kelompok karena dia merasa sendiri dan ingin berkelompok.

Jenis Jenis Kelompok dan Pembedaannya


Ruang lingkup kelompok itu sendiri terdapat berbagai jenis kelompok, yang semua nya saling melengkapi, sehingga saya bisa menyebutkan walaupun terdapat jenis-jenis yang berbeda tapi hakikat kelompok tetap sama, yaitu sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu.

Image Courtesy from Fumcedna

Langsung saja, kelompok Sosial terbagi menjadi 6, yaitu :

1. Kelompok Primer
Sedangkan menurut Goerge Homan kelompok primer merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang acapkali berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara.
Misalnya: keluarga, RT, kawan sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.

2. Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan. Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektiv.
Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja dan lain-lain.

3. Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi.
Contoh dari kelompok ini adalah semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.

4. Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi, daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati
Misalnya: kelompok arisan.

5. Kelompok referensi
Merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Seseorang itu telah menyetujui norma, sikap, dan tujuan dari kelompok tersebut.

6. Kelompok membership 
Merupakan kelompok di mana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.
Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang dengan interaksinya dengan kelompok sosial yang bersangkutan.
Keenam kelompok sosial di atas merupakan kelompok sosial yang teratur.
Adapun kelompok sosial yang tidak teratur adalah : kerumunan (crowd) dan publik dalam berbagai bentuk.

Kita bisa menyimpulkan bahwa setiap kelompok mempunyai fungsi yang terpisah dan banyak berbagai versi kelompok bila kita mengkajinya satu-satu.

Sekian dari Saya, semoga bermanfaat.
Salam, Mohamad Fakhri.
Psychology Student.

Rabu, 06 Oktober 2010

Teori Produktivitas Kelompok

Sebelum saya mengemukakan subjektifitas saya tentang teori ini ada baiknya kita menelaah pendapat para ahli mengenai arti dari produktivitas :


Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo ( 1995: 281 ) produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara hasil ( jumlah barang dan jasa ) dengan sumber ( jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya ) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
 
Sedangkan George J. Washinis ( Rusli Syarif,1991: 1 ) memberi pendapat bahwa “Produktivitas mencakup dua konsep dasar yaitu daya guna dan hasil guna. Daya guna menggambarkan tingkat sumber-sumber manusia, dana, dan alam yang diperlukan untuk mengusahakan hasil tertertu, sedangkan hasil guna menggambarkan akibat dan kualitas dari hasil yang diusahakan”.
 
Menurut profesor Luis Sabourin (Rusli Syarif,1991: 1) adalah “Rumusan tradisional dari produktivitas total tidak lain adalah ratio dari apa yang dihasilkan terhadap saluran apa yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut.”
 
Menurut Mukiyat ( 1998: 481 ) bahwa produktivitas kerja biasanya dinyatakan dengan suatu imbangan dari hasil kerja rata-rata dalam hubungannya dengan jam kerja rata-rata dari yang diberikan dengan proses tersebut.

 Dan sekarang pertanyaannya adalah, "mengapa produktivitas mempengaruhi seseorang masuk kedalam anggota kelompok ?"


Logikanya, semakin banyak produktivitas atau prestasi suatu kelompok, maka kelompok itu mempunyai daya tarik, sehingga banyak orang yang ingin masuk ke kelompok itu dengan tujuan ingin ber-prestasi juga.

 Coba lihat gambar diatas, saat Anggota masuk ke dalam kelompok, dan kelompok itu bisa dibilang adalah media nya indivudu untuk menghasilkan suatu produk/prestasi.


Dan saat individu mulai masuk dalam kelompok maka tentu saja individu tersebut melakukan Interaksi, dan Aksi, dan setelah masuk dalam kelompok dia mulai menjalan kan perannya ke dalam kelompok, yang nantinya dia akan menghasilkan sesuatu.


Semoga artikel yang saya tulis bermanfaat.
Salam, Fakhri.
Psychology Student.

Teori Sintalitas Kelompok



Image Courtesy from Utne.com
Bila kita menelaah dari tinjauan teoritis, mengapa orang masuk kedalam kelompok salah satunya adalah Teori Sintalis Kelompok.

Sintalitas adalah kepribadian yang tercipta karena ada nya unsur kebersamaan, dinamika, temperamen dan
kemampuan kelompok

Dimensi kelompok :

1. Sifat-sifat sintalitas yaitu kepengaruhan suatu kelompok secara keseluruhan dengan kelompok lain.
2. Sifat-sifat struktur kelompok sangat berhubungan erat antara anggota kelompok perilaku kelompok, pola organisasi kelompok
3. Sifat-sifat populasinya sama dengan sifat rata-rata anggota kelompok.

Dinamika Sintalitas :

1. Eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya.
2. Kelompok-kelompok biasanya saling overlapping.


Semoga artikel yang saya tulis bermanfaat.
Salam, Fakhri.
Student Psychology.

Mengapa Seseorang Bergabung dengan Kelompok ?


Dalam kehidupan ini, tak terasa atau bahkan tak terpikirkan bahwa setiap manusia saling memenuhi sebuah sistem, yang didalamnya saling melengkapi, mempergunakan orang lain demi tercapai suatu tujuan. Dan saat kita renungkan lagi ternyata kita (manusia) sudah ada ditengah-tengah saling memanfaatkan. Mungkin itu sudah hakikat kehidupan.

Terdapat banyak kemungkinan dalam kehidupan bermasyarakat, yang ujung-ujungnya bila di diskusi kan akan menjadi hal yang sangat subjektif sekali. Dalam suatu kelompok pun seperti itu, walaupun mereka bersama tetapi setiap individu memainkan peran nya masing-masing. Sehingga itu yang membuat anggota kelompok nya menjadi terikat atau saling membutuhkan.

Image Courtesy from aliyaie.blogspot.com

Ada juga alasan mengapa individu ingin bergabung dalam suatu kelompok, yaitu ingin mendapatkan rasa aman dan rasa diakui. Dalam kehidupan sehari-hari juga kita mungkin menemui kasus saat individu bergabung ke suatu kelompok dia merasa lebih kuat, lebih berkuasa dibandingkan dengan orang yang tidak bergabung dengan kelompok.

Entah bagaimana menurut Anda suatu kelompok, dan saya yakin setiap orang mempunyai alasannya sendiri, kenapa dia bergabung di suatu kelompok atau tidak bergabung.


Semoga tulisan saya bermanfaat.
Salam, Fakhri.
Psychology Student.

Rabu, 29 September 2010

8 Orientasi Teoritis dalam Dinamika Kelompok

Memang pada dasarnya kelompok mempunyai dinamika yang sangat Abstrak dan cangkupan nya sangat luas, sehingga dibuatlah 8 Orientasi Teoritis.
Dan Efektivitas kelompok dipengaruhi oleh :

Image Courtesy from WomenPR.com

1. Tujuan
Dalam hal ini demi terjadi nya efektivitas yang stabil maka itu tujuan mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan dengan kebutuhan anggota nya, memakai isyarat bahwa dalam kelompok saling ketergantungan dan saling membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk mencapainya.

2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan

3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota
Didalam nya terdapat Tanggung jawab dan Semua orang terlibat dalam pekerjaan kelompok, setia terhadap
kebutuhan kelompok dan puas terhadap keanggotaannya serta Sumber daya (potensi anggota dimanfaatkan sehingga Meningkatkan kohesivitas kelompok.

4. Prosedur pengambilan keputusan
Diambil harus secara tepat dan fleksibel serta disepakati bersama.

5. Kekuasaan dan pengaruh

6. Konflik → kontroversi ide / opini
Biasanya pemicu nya adalah ; kebutuhan, kelangkaan sumber daya (uang, power),persaingan.
Adapun Cara mengatasinya ; Harus bernegosiasi → sama-sama puas dan tidak memperlemah, Kerjasama dan Saling ketergantungan.

7. Kohesivitas meningkat
Untuk meningkatkannya maka setiap individu dalam kelompok saling menyukai, ingin terus menjadi bagian kelompok, Puas terhadap keanggotaan dan Tingkat penerimaan, dukungannya dan kepercayaan meningkat.

8. Kemampuan memecahkan masalah
Merasakan adanya masalah, Mencari dan menetapkan solusi dan Mengevaluasi efektivitas solusi.

Semoga artikel saya dapat sedikit membantu.
Salam, Fakhri.
Psychology Student.

Pemahaman Tentang Dinamika Kelompok

Bila di telaah dinamika kelompok bisa diartikan dari unsur katanya sendiri. Karena kita tahu sendiri bahwa suatu dinamika mengandung suatu kekuatan, pergerakan, berkembang dan dapat menyesuaikan diri. Dan didalam dinamika itu sendiri terdapat interaksi yang mengarah kepada hal yang terindeks secara faktual. Didalam dinamika tersebut ada nya hubungan yang terjadi dari satu kelompok ke kelompok lain.

menurut Drs. Soelaiman Joesoyf (1986) dinamika adalah:


“Perubahan secara besar maupun secara kecil atau perubahan secara cepat atau lambat itu sesungguhnya adalah suatu dinamika, artinya suatu kenyataan yang berhubungan dengan perubahan keadaan”.
Sekarang kita akan membahas tentang Kelompok.
pada postingan sebelum nya di ; Pengenalan : Psikologi Kelompok sebagai Dasar Proses Kehidupan, diterangkan tentang definisi kelompok. Tapi saya akan mengulangi lagi sedikit. Memakai pendapat ahli yang berbeda.

Image Courtesy from internallakota.blogspot.com

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan tertentu.
menurut Winardi kelompok adalah :


“Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
Saya akan memberikan kesimpulan.
Dinamika kelompok adalah suatu kumpulan individu yang mempunyai tujuan tertentu dan saling berinteraksi untuk menunjang tercapai nya tujuan yang satu sama lain sangat saling mempengaruhi.

menurut Drs. Soelaiman Joesoyf (1983) dinamika kelompok berarti :

“Dinamika Kelompok berarti suatu kumpulan dari dua atau lebih individu di mana perubahan individu satu dapat mempengaruhi individu lain.”

 Sekian dari Saya.
 Mudah-mudah dapat membantu.
Salam, Fakhri.
Psychology Student.

Selasa, 28 September 2010

Pengenalan : Psikologi Kelompok sebagai Dasar Proses Kehidupan

Mungkin rancu bila Anda memandang kompleksitas sebuah tatanan suatu perkumpulan. Namun simpel nya adalah bahwa manusia tidak lepas hubungannya dengan lingkungan, dan satu sama lain sangat mempengaruhi. Menurut Deddy Mulyana, 2005 kelompok adalah :

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.

Dari pengertian di atas kita tahu bahwa setiap kelompok terbentuk karena adanya suatu indikasi mereka akan melakukan sesuatu dan itu mempunyai tujuan, dan individu nya saling berinteraksi dengan individu yang lain dan saling mengenal. Kita tahu bahwa kelompok terkecil dalam kehidupan adalah keluarga, dan ternyata kelompok terkecil ini bisa sangat mempegaruhi individu.

Menurut tiga ilmuwan ; B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005, h. 149) bahwa komunikasi kelompok terjadi ketika ketiga orang bertatap muka, biasa nya dibawah pengarahan pemimpin untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan.


Dijelaskan lagi lebih detail bahwa sifat-sifat komunikasi kelompok adalah :
1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
2. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin;
4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.
Dari sifat komunikasi kelompok dari ahli kita tahu bahwa komunikasi dilakukan tatap muka, namun di era sekarang komunikasi bisa tetap terjadi melalui berbagai media ; webcam, 3-G phone, dan berbagai tekhnologi yang mendukung terjadi nya komunikasi.

Yang dimaksud kelompok memiliki sedikit partisipan adalah setiap kelompok tidak mencangkup segala hal, jadi kelompok terbentuk karena keadaan yang semakin spesifik sehingga memungkinkan terjadi nya pembentukan kelompok sesuai dengan tujuan dibentuknya.

 Dan benar, dalam setiap kelompok ada suatu figur pemimpin, secara resmi atau tidak, figur ini adalah orang yang sangat berpengaruh dalam menentukan arah dan tujuan suatu kelompok, dan sangat berpengaruh dengan hubungan personal antara setiap anggota nya. Dan dalam teori Psikologi Sosial pemimpin bisa disebut "significant others" bagi anggotanya.

Image Courtesy from BelajarPsikologi.com

 Setiap anggota yang bergabung saling berbagi untuk mempererat hubungan sesama anggota, dan untuk memperjelas tujuan anggota.

Jadi, dalam kehidupan kelompok adalah sebuah proses, proses apa ? proses dalam pembentukan kepribadian seseorang, sehingga terjadi lah sebuah perilaku. Secara sadar atau tidak, lingkungan sangat berpengaruh bagi kehidupan seseorang.

Dan mulai sekarang, pilihlah lingkungan yang sesuai dengan tujuan kalian.

Semoga artikel yang saya tulis bisa membantu.

Salam, Mohamad Fakhri.
Psychology Student.

Alhamdulillah.

Alhamdulillah, blog ini dibuat untuk melengkapi mata kuliah Softskill Gunadarma : Psikologi Kelompok.